QS
Al-An’am, 6: 33
At
Tirmidzi dan Al Hakim meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwasanya Abu Jahal
berkata kepada Rasulullah saw., “Sungguh kami menyayangimu, wahai Muhammad,
tapi kami membenci dan mendustakan apa yang kamu bawa itu.” Maka dari itu, turunlah
ayat ini. (Lubabun Nuqul: 88)
QS
Al-An’am, 6: 67
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim dari Zaid bin Aslam, dia berkata, “Ketika ayat 65 turun,
Rasulullah bersabda, ‘Janganlah
sepeninggalku kalian kembali kufur, saling menumpahkan darah diantara kalian dengan
pedang.’ Para sahabat berkata, ‘Kami bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain
Allah dan sungguh engkau adalah utusan Allah.’ Sebagian mereka berkata, ‘Hal
ini tidak akan mungkin terjadi. Kami tidak akan saling membunuh satu sama lain,
sedang kami masih menjadi orang-orang muslim.’ Lalu, turunlah ayat ini sebagai
peringatan.” (Lubabun Nuqul: 90)
QS
Al-An’am, 6: 71
Diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir dari As Saddi bahwasanya orang-orang musyrik berkata kepada
kaum muslimin. “Ikutilah jalan kami dan tinggalkanlah ajaran Muhammad sebab
ajaran Muhammad tidak sejalan dengan ajaran nenek moyang kita.” Kemudian, Allah
menurunkan ayat 71 dan dua ayat sesudahnya. (Asbabun
Nuzul, Studi Pendalaman Al Qur’an: 373 – 374)
QS
Al-An’am, 6: 82
Ibnu
Abi Hatim meriwayatkan bahwasanya ayat ini turun berkenaan dengan seorang kafir
yang pernah menyerang kelompok kaum muslimin. Dia berhasil membunuh seorang
dari mereka kemudian menyerang dan membunuh satu orange lagi sampai terjadi
tiga kali. Lantas, dia menghadap Rasulullah dan bertanya, “Adakah Islam
bermanfaat bagiku?” Rasulullah menjawab, “Tentu.” Lalu, masuklah orang itu ke
dalam agama Islam. Kemudian, dia mengambil kudanya dan pergi untuk membunuh
teman-temannya yang kafir. Dia berhasil membunuh satu demi satu dari mereka
sampai akhirnya dia sendiri terbunuh. Lalu, turunlah ayat ini. (Lubabun Nuqul: 90)
QS
Al-An’am, 6: 93
Diriwayatkan
dari Ikrimah bahwasanya ayat yang berbunyi, “Siapakah
yang lebih zalim . . .” turun berkenaan dengan Musailamah Al Kazzab.
Sementara itu, ayat, “Aku akan menurunkan
seperti apa yang diturunkan Allah” turun berkenaan dengan Abdullah bin Abu
Sarh yang mencatat wahyu lalu mengubahnya. Dia sempat murtad dan bergabung
dengan kaum Kafir Quraisy. (Lubabun
Nuqul: 91)
QS
Al-An’am, 6: 118
Diriwayatkan
oleh Abu Dawud dan At Tirmidzi dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa ada beberapa
orang datang kepada Rasulullah saw. lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah,
apakah kami diperbolehkan memakan apa yang kami bunuh dan tidak memakan apa
yang kami bunuh dan tidak memakan apa yang tidak dibunuh oleh Allah (bangkai)?”
Lalu, turunlah ayat 118 ini sebagai jawaban atas pertanyaan mereka. (Lubabun Nuqul: 91)
QS
Al-An’am, 6: 122
Ibnu
Jarir meriwayatkan dari Adh Dhahak bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Umar
bin Al Khatab dan Abu Jahal bin Hisyam. Rasulullah memohon kepada Allah agar
keduanya diberi hidayah sehingga masuk Islam aga Islam semakin kuat. “Ya Allah,
kuatkanlah agama Islam ini dengan masuknya Umar bin Al Khatab dan Ammar bin
Hisyam (Abu Jahal bin Hisyam).” Kemudian, Allah menghidupkan Umar dalam Islam
dan membiarkan Abu Jahal tetap dalam kesesatanny. Apa yang dimaksud dengan “Ibarat mayat yang dihidupkan” adalah
masuk nya Umar ke dalam Islam, sedangkan yang dimaksud dengan “Orang yang tetap dalam kegelapan” adalah
Abu Jahal. (Asbabun Nuzul, Studi Pendalam
Al Qur’an: 387)
QS
Al-An’am, 6: 141
Diriwayatkan
Ibnu Jarir dari Ibnu Juraij, ayat ini diturunkah berkenaan dengan Tsabit bin
Qais bin Syammas yang kebun kurmanya mengalami panen. Kemudian, dia berpesta
pora dengan hasil panennya dan enggan membayar zakatnya. Selsesai pesta
poranya, tidak tersisa sedikitpun kurma hasik panen dirumahnya. Ayat ini turun
sebagai teguran dan larangan berbuat foya-foya dan menghindari kewajiban zakat.
(Asbabun Nuzul, Studi Pendalaman Al
Qur’an: 388)
QS
Al-An’am, 6: 145
Diriwayatkan
Ibnu Miradwaih dan Hakim dari Ibnu Abbas bahwa orang-orang jahiliah bisa
mengharamkan sesuatu dan menghalalkan sesuatu tidak didukung dengan alas an
yang kuat. Maka dari itu, turunlah ayat ini sebagai penjelasan bahwa apa yang
dihalalkan Allah boleh dimakan dan apa yang dilarang haram untuk dimakan. (Asbabun Nuzul, Studi Pendalaman Al Qur’an:
389)