QS
At-Taubah, 9: 1 – 10
Diriwayatkan
Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, pada waktu Rasulullah saw. mengadakan perjanjian
perdamaian dengan kaum musyrikin, yang di antara isinya adalah tidak ada
peperangan antara Rasulullah dengan kaum musyrikin dan kaum muslimin
diperbolehkan melaksanakan haji ke Mekah serta bertawaf sekeliling Ka’bah.
Sehubungan dengan ini, Allah menurukan ayat 1 – 10 ini yang menegaskan
pembatalan perjanjian tersebut dan mengijinkan kaum muslimin memerangi kaum
musyrikin. Di samping itu, memberi kesempatan kepada kaum muslimin, selama
empat bulan untuk memperkuat diri dan persiapan. (Asbabun Nuzul; Studi Pendalaman Al Qur’an: 445 – 446)
QS
At-Taubah, 9: 17
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim dari Ali bin Thalhah dari Ibnu Abbas bahwasanya ayahnya Al
Abbas, yang juga paman Rasulullah, ketika ditawan dalam Perang Badar, dia
berkata, “Sekiranya kalian lebih dahulu dari pada kami memeluk agama Islam,
berhijrah, dan berjihad, sungguh kami adalah orang-orang yang lebih awal
memakmurkan Masjidilharam, member minum orang yang beribadah haji, serta membebaskan
tawanan.” Lalu, turunlah ayat ini. (Lubabun
Nuqul: 102)
QS
At-Taubah, 9: 25
Diriwayatkan
oleh Al Baihiqi dalam kitab Ad Dalail dari
Rabi’ bin Anas bahwasanya pada peperangan di Hunain, ada seseorang yang
berseru, “Kita tidak akan pernah kalah oleh pasukan yang berjumlah sedikit.”
Pada saat itu, pasukan muslimin berjumlah dua belas ribu orang. Perkataan itu
mengkhawatirkan Rasulullah. Lalu, turunlah ayat ini sebagai teguran kepada kaum
muslimin agar tidak menyombongkan diri. (Lubabun
Nuqul: 102)
QS
At-Taubah, 9: 28
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas bahwasanya kaum musyrikin sering datang ke
Masjidilharam sambil membawa makanan untuk dijual disana. Ketika mereka
dilarang datang ke Masjidilharam, orang-orang muslimin resah karena tidak dapat
melakukan jual-beli dengan mereka, “Dari mana kita akan mendapatkan makanan?”
Lalu, turunlah ayat ini.
Ibnu
Jarir dan Abu Syaikh juga meriwayatkan hadits yang kurang lebih sama, dari
Sa’id bin Jubair, dia berkata, “Tatkala turun ayat larangan orang musyrik
mendatangi Masjidilharam, hal itu menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan bagi
kaum muslimin. Sebagian mereka mengatakan, ‘Siapakah yang akan menyediakan
makanan dan perhiasan bagi kita?’ Kemudian Allah menurunkan ayat ini.” (Lubabun
Nuqul: 102)
QS
At-Taubah, 9: 34
Diriwayatkan
Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas bahwa permulaan ayat ini turun berkenaan dengan
para pendeta dari golongan Ahli Kitab yang mengambil suap dari pengikutnya.
Penghujung ayat ini turun berkenaan dengan Ahli Kitab dan kaum muslimin yang
sering menimbun harta benda. (Asbabun
Nuzul, Studi Pendalaman Al Qur’an: 456)
QS
At-Taubah, 9: 39
Diriwayatkan
Ibnu Hatim dari Najdah bin Nafi’, dia berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Abbas
lalu dia menjawab “Bahwasanya Rasulullah memerintahkan penduduk Arab untuk
berperang, tetapi mereka keberatan. Kemudian, Allah menurunkan ayat ini sebagai
ancaman kepada mereka, ‘Jika kalian berangkat (untuk berperang), Allah akan
menurunkan hujan sebagai hukuman bagi mereka.’” (Lubabun Nuqul: 104)
QS
At-Taubah, 9: 43
Diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir dari Amur bin Maimun Al Adzi, dia berkata bahwasanya ayat ini
turun ketika Rasulullah melakukan dua hal yang belum diperintahkan oleh Alla
Swt., yaitu pemberian izin Rasulullah kepada orang-orang munafik untuk tidak
berperang dan untuk mengambil tebusan dari tawanan yang semuanya tanpa menunggu
wahyu terlebih dahulu. Lalu, turunlah ayat ini sebagai peringatan kepada
Rasulullah. Kemudian, Allah memaafkan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah.
(Lubabun Nuqul: 104)
QS
At-Taubah, 9: 49
Diriwayatkan
oleh At Thabrani, Abu Na’im, dan Ibnu Mirdawaih dari Ibnu Abbas bahwasanya
ketika Rasulullah saw. hendak berangkat menuju peperangan Tabuk, beliau
bertanya kepada Jadd bin Qais, “Wahai Jadd, bagaimana pendapatmu untuk beperang
melawan bani Ashfar dari Romawi?” Akan tetapi, Jadd enggan mengikuti Rasulullah
dan berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku orang yang tidak dapat melihat
wanita, terlebih wanita dari bani Ashfar. Aku pasti tergoda. Jadi izinkan aku
untuk tidak turut berperang dan janganlah engkau menjerumuskan aku dalam dosa.”
Lalu, turunlah ayat ini. (Lubabun Nuqul:
105)
QS
At-Taubah, 9: 58
Diriwayatkan
oleh Al Bukhari dari Abu Sa’id Al Khudri bahwasanya ayat ini turun berkenaan
dengan peristiwa ketika Ibnu Zul Khuwaishirah dari bani Tamim merasa tidak
diperlakukan secara adil dalam pembagian harta rampasan perang. Lalu,
Rasulullah berkata kepadanya. “Celaka
kamu, siapakah yag akan berlaku adil jika diriku tidak berlaku adil?” (Lubabun
Nuqul: 105)
QS
At-Taubah, 9: 62
Diriwayatkan
Ibnu Katsir dan Qatadah bahwasanya ayat ini turun berkenaan dengan segolongan
orang munafik yang mendukung orang-orang yang tidak turut serta berperang di
Tubuk seraya mengatakan, “Demi Allah, kelompok kami lebih mulia dan terpandang.
Kendati apa yang dibawa Muhammad adalah benar, tetap saja lebih buruk daripada
keledai.” Ketika ucapan mereka itu didengar oleh salah seorang sahabat
Rasulullah dan diadukan kepada beliau, mereka mengingkarinya. Maka dari itu,
turunlah ayat ini. (Asbabun Nuzul, Studi
Pendalam Al Qur’an: 464)
QS
At-Taubah, 9: 74
Diriwayatkan
oleh Ka’bah bin Malik, Ibnu Sa’ad dari Urwah, dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu
Abbas, dia berkata, “Jallas bin Suwaid bin Shamit, salah seorang yang tidak
turut dalam perang Tabuk berkata, ‘Sekiranya orang ini (Muhammad) adalah yang
benar, pasti kami lebih buruk dari keledai.’ Kemudian, ucapannya itu dilaporkan
oleh Umar bin Sa’id kepada Rasulullah. Lalu Jallas bersumpah, ‘Demi Allah, aku
tidak mengucapkannya.’ Lalu, turunlah ayat ini.” Diriwayatkan setelah itu dia
bertobat dan menjadi orang yang sangat taat. (Lubabun Nuqul: 106)
QS
At-Taubah, 9: 91
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim dari Za’id bin Tsabit bahwa ketika Rasulullah sedang
menantikan wahyu turun, Zaid bin Tsabit bersiap menuliskan wahyu, dia berkata,
“Ketika itu, aku hendak mencatat surah At-Taubah, tiba-tiba dating seseorang
yang buta menyampaikan uzurnya bahwa dirinya tidak dapat turut berperang
bersama beliau. Lalu, turunlah ayat ini sebgai keringanan bagi orang-orang yang
berhalangan untuk turut berperang bersama Rasulullah saw.” (Lubabun Nuqul: 109)
QS
At-Taubah, 9: 99
Diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir dari Mujahid bahwasanya ayat ini menerangkan orang yang selalu
mendekatkan diri kepada Allah dan bertekad berjihad bersama Rasulullah, tetapi
tidak ada kendaraan yang cukup untuk mengangkut mereka. Mereka berasal dari
bani Muqarrin.
Abdurrahman
bin Mu’aqqil Al Mazani juga meriwayatkan, “Kami berjumlah sepuluh orang dari
bani Muqarrin. Ayat ini turun mengenai kami.” (Lubabun Nuqul: 110)
QS
At-Taubah, 9: 103
Diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir, dari Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas. Ayat ini masih
berkaitan dengan Abu Lubabah dan dua orang temannya setelah dilepaskan oleh
Rasulullah. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, ini harta kami. Sedekahkan harta
tersebeut, atas nama kami dan mohonkan ampun untuk kami.” Beliau berkata, “Aku tidak diperintahkan untuk mengambil
harta kalian sedikitpun.” Allah lalu menurunkan ayat ini. “Ambillah zakat dari harta mereka.”
Lalu, turunlah ayat ini. (Lubabun Nuqul:
110)
QS
At-Taubah, 9: 108
Diriwayatkan
oleh At Tirmidzi dari Abu Hurairah, dia berkata, “Ayat 108 ini (Di dalamnya ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih), turun berkenaan
dengan penduduk kota Quba. Ayat ini menegaskan orang-orang yang selalu
bersitinja (selalu membersihkan diri setelah buang air besar) dengan air
(mereka pula yang adalah yang membangun masjid atas dasar takwa).” (Lubabun Nuqul: 112)
QS
At-Taubah, 9: 113
Al
Bukhari dab Muslim meriwayatkan dari Sa’id bin Musayyab, dari ayahnya, dia
berkata, “Ketika Abu Thalib menjelang ajanya, Rasulullah saw. datang
menjenguknya. Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayah yang sedang menungguinya.
Rasulullah bersabda, ‘Wahai paan, katakanlah, ‘Lailahalillallah.” Agar kelak
aku dapat member pembelaan bagai Paman di sisi Allah.’ Lalu, Abu Jahal dan
Abdullah berkata, ‘Wahai Abu Thalib, apakah engkau akan membenci agama Abdul
Muthalib?’ Ketika keduanya masih terus menyampaikan ucapan itu kepadanya,
ajalnya telah tiba, sedangkan dia masih tetap berada pada agama Abdul Muthalib.
Raslullah bersabda, ‘Aku akan tetap memohonkan ampunan untukmu selama tidak ada
larangan.’ Lalu, turunlah ayat 113.”
Diriwayatkan
oleh At Tirmidzi dari Ali bin Abi Thalib. Dia mendengar ada seseorang yang
memohon ampunan untuk orang tuanya yang meninggal, sedangkan mereka berdua
musyrik. Kemudian, Ali bertanya kepadanya, “Mengapa kamu memintakan ampunan
untuk kedua orang tuamu yang musyrik?” Orang itu menjawab, “Bukankah Ibrahim
juga pernah melalukan itu untuk ayahnya?” Hal ini seperti yang dijelaskan pada
ayat ke-114 surah ini. Kemudian Ali mengadukan hal itu kepada Rasulullah.
Kemudian, turunlah ayat ini. (Lubabun
Nuqul: 113)
QS
At-Taubah, 9: 122
Ibnu
Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah, dia berkata, “ Tatkala turun ayat 38 – 39
dari surah ini yang berisikan izin dari Allah kepada kaum muslimin untuk
berperang, kaum mukminin bergegas dan bersemangat keluar berperang sehingga
meninggalkan beberapa kelompok orang yang tengah mengajarkan aga kepada kaum
Arab di pedalaman. Lalu, orang-orang yang berada di lembah pedalaman itu telah
tertinggal dari kewajiban. Celakalah mereka!’ turunlah ayat 122 ini.” (Lubabun Nuqul: 114)