QS
An-Nur, 24: 27
Diriwayatkan
dari Ibnu Jarir dari Al ‘Adi bin Tsabit, dia berkata, “ Seorang wanita ansar
datag dan berkata kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, aku sedang berada di
rumah dan dalam keadaan tidak ingin seorang pun melihatku. Akan tetapi, ada
seorang laki-laki dari keluargaku yang terus-menerus meminta untuk menemuiku,
sedangkan aku tidak ingin ditemui dalam keadaan seperti itu. Apakah yang harus
aku perbuat?’ Kemudian, turunlah ayat ini.” (Lubabun
Nuqul: 143)
QS
An-Nur, 24: 29
Diriwayatkan
dari Ibnu Abi Hatim dari Muqatil bin Hibban bahwa ketika Rasulullah
memerintahkan untuk memasuki rumah orang lain dengan izin terlebih dahulu, Abu
Bakar bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan para pedagang Quraisy yang
biasa pulang-pergi antara Mekah, Madinah, dan Syam? Tempat mereka biasa singgah
dalam perjalanan, sedangkan tempat itu tidak ada penghuninya?” Lalu, turunlah
ayat ini. (Lubabun Nuqul: 143 – 144)
QS
An-Nur, 24: 36 – 38
Diriwayatkan
Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir, dari Abdullah bin Umar, kaum muslimin banyak
sibuk berdagang di pasar. Namun, ketika mereka mendengar azan, mereka segera mendirikan shalat ke masjid.
Maka dari itu, turunlah ayat-ayat ini sebagai pujian atas sikap mereka di
samping Allah menjanjikan rezeki yang banyak bagi mereka. (Asbabun Nuzul, Studi Pendalaman Al-Qur’an: 623)
QS
An-Nur, 24: 55
Imam
Al Hakim meriwayatkan sebuah hadits dan disahihkan oleh Imam Ath Thabrani, dari
Ubay bin Ka’ab, dia berkata, “Tatkala Rasulullah saw. dan para sahabat sampai
di Madinah, beliau dan para sahabat selalu terancam oleh orang Arab yang ada di
Madinah sehingga mereka tidak pernah melepaskan senjata mereka pada siang dan
malam hari. Mereka berkata kepada beliau, ‘Kapankah Anda dapat melihat kami
hidup aman dan tentram, tidak takut terkecuali hanya kepada Allah?’ Kemudian,
Allah menurunkan ayat ini.”
Ibnu
Abi Hatim Juga meriwayatkan dari Al Bara, dia berkata, “Ayat ini turun tentang
kamim sedang saat itu kami tengah berada dalam ketakutan yang sangat.” (Lubabun Nuqul: 145)
QS
An-Nur, 24: 61
Al-Bazzar
meriwayatkan dengan sanda yang sahih dari Aisyah, dia berkata, “Ketika itu,
kaum muslimin yang hendak pergi berjihad bersama Rasulullah saw. menitipkan
kunci rumah kepada orang yang buta, cacat, dan yang sedang sakit. Kemudian,
orang-orang yang memegang kunci itu merasa tidak halal jika memakan apa yang
ada di rumah itu karena para pemilik rumah tidak ikhlas membolehkan memakan apa
yang ada dalam rumah. Maka dari itu, turunlah ayat ini.” (Lubabun Nuqul: 146)
QS
An-Nur, 24: 63
Diriwayatkan
dari Dhahak, dari Ibnu Abbas bahwa para sahabat terbiasa memanggil Rasulullah
dengan, “Wahai Muhammad! Wahai Abu Al Qasim!” Lalu, turunlah ayat ini yang
mengingatkan para sahabatnya untuk memanggil Rasulullah, dengan sebutan yang
ditentukan. Hal ini untuk membedakan antara Rasulullah dan kebiasaan orang Arab
lainnya yang memanggil seseorang dengan nama anaknya, yaitu “Wahai Nabi Allah!”
atau “Wahai Rasulullah!” (Lubabun Nuqul:
147)